Langit di atas kepalaku biru
Aku menapakkan kakiku seiring dengan rambatan awan putih
Dia berada di atas kepalaku, berteman dengan birunya langitku, menciptakan harmoni
Sepelik apapun hari yang akan kuhadapi, aku akan berdendang bersama mereka
Orang baru di rumah kompleks belakang bukan sahabatku
Ia asing bagiku
Kami tak pernah bercakap,
Hanya senyum kecil yang kusunggingkan di bibirku kala aku berpapasan dengannya
Tak pernah aku bertandang ke rumahnya
Tak pernah pula aku mencuri buah mangga di kebunnya
Bahkan tak pernah aku tahu bagaimana rupa rumahnya
Aku tak begitu peduli
Entah apa yang telah kulakukan terhadapnya
Meskipun tak pernah aku membuat masalah dengannya, ia membenciku
Setiap pagi diluncurkannya pilar-pilar kelabu dari kebun belakang rumahnya
Asap dan abu memenuhi taman kecil di belakang rumahku
Aku tak bisa melihat biru langitku dan awan putih, kawannya
Langitku kini abu-abu
Aku rindu bentangan warna biru di atas kepalaku
Ia mengoyak biru langitku
Tetangga jahanam!
0 comments:
Post a Comment